PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan salah satu bahan
pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya untuk menggoreng dan
menumis. Masyarakat sering menggunakan berkali-kali untuk menggoreng. Secara
ilmiah perlakuan ini tidak sehat, karena asam lemak bebas mengandung ikatan
rangkap yang dapat membentuk peroksida, keton maupun aldehid (Winarni et al., 2010).
Di Indonesia makanan yang digoreng
sangat disukai dan dikonsumsi secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat dari
segala tingkat usia. Bahan makanan yang digoreng menempati porsi yang cukup
besar dari menu makanan sehari-hari. Dalam proses penggorengan, minyak
berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, dan menambah
nilai gizi serta kalori dalam bahan pangan. Menggoreng merupakan suatu cara
memasak bahan pangan yang banyak dilakukan di Indonesia yang menggunakan minyak
goreng yang berfungsi sebagai penghantar panas yang mematangkan makanan (Oeij et al.,
2007).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (over behavior).
Pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatan. Pengetahuan akan kesehatan,
penyakit, serta pemeliharaan kesehatan sangat luas cakupannya. Secara otomatis,
pengetahuan akan diet atau pola makan yang sehat merupakan bagian dari
pengetahuan kesehatan tersebut. Pengetahuan akan pola makan juga erat
hubungannya dengan pola konsumsi seseorang (Marks et al., 2005).
Keluarga merupakan unit pelayanan
kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila keluarga sehat,
akan tercapai komunitas yang sehat pula. Budaya keluarga dan makanan memiliki
hubungan yang sangat erat. Makanan berfungsi untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan mengendalikan kesehatan yang optimal (Sudiharto, 2007). Menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2011, untuk
mendapatkan status gizi keluarga yang baik diperlukan pengetahuan, kemampuan
dan perilaku gizi yang baik dan benar bagi setiap anggota keluarga. Perilaku
gizi yang baik dan benar adalah perilaku untuk mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, baik macam maupun kualitasnya.
Beragamnya peran dalam keluarga mengarah
pada peran ibu yang besar pada pekerjaan domestik, mencari nafkah menambah
penghasilan keluarga. Meskipun demikian ibu tetap bertugas menyediakan makanan
bagi keluarga (Puspita, 2004). Memasak, mencuci dan membersihkan rumah
merupakan sebagian dari sekian banyak tugas dari ibu rumah tangga. Masakan yang
sehat dan lingkungan tempat tinggal yang bersih tentunya menjadi kunci
kesehatan bagi siapa saja (Ahira, 2011).
Menggoreng dengan deep frying dengan suhu penggorengan tinggi akan menyebabkan banyak
asam lemak tidak jenuh berubah menjadi asam lemak jenuh. Di samping itu,
apabila bahan baku yang digoreng berasal dari produk hewani, kolestrol akan
masuk kedalam minyak goreng jelantah dan akan menambah risiko penyakit degenerative (Sitepoe, 2008). Penggunaan
minyak sebagai media penggorengan akan menyebabkan kerusakan minyak akibat
pemanasan berulang-ulang pada suhu tinggi (Ketaren cit. Kusmanto et al,
2005). Menurut Oeij et al (2007),
jika minyak dipanaskan berulang-ulang, maka proses destruksi minyak akan
bertambah cepat, hal ini disebabkan meningkatnya kadar peroksida pada tahap
pendinginan yang akan mengalami dekomposisi jika minyak tersebut dipanaskan
kembali. Minyak yang sudah digunakan berulang-ulang apabila diberikan pada
ternak atau disuntikkan ke dalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan
pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol
tidak sempurna pada pusat saraf, dan mempersingkat umur. Peroksida lipid dalam
aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan
rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal berfungsi sebagai alat transportasi
trigliserida, sehingga bila mengalami denaturasi akan mengakibatkan deposisi
lemak dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala aterosklerosis.
Lemak adalah substansi yang tampak
seperti lilin dan tidak larut dalam air. Lemak yang terdapat dalam bahan
makanan umumnya terdiri dari tiga gugus asam lemak dengan gliserol yang dikenal
sebagai trigliserida. Lemak dalam bahan makanan dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu lemak jenuh (saturated fatty acid), lemak tidak jenuh
tunggal (mono saturated fatty acid),
lemak tidak jenuh ganda (poly-unsaturated
fatty acid) (Soeharto, 2004).
Lemak jenuh dari bahan nabati dapat
ditemukan pada minyak kelapa, minyak sawit, dan beberapa minyak dari tumbuhan
yang berasal dari daerah tropis lainnya. Lemak jenuh juga dikenal dengan sebutan
lemak tidak baik karena mempunyai sifat yang dapat mengganggu tubuh, yaitu
menyebabkan darah lengket dengan dinding pembuluh darah sehingga darah mudah
menggumpal. Selain itu pula lemak jenuh ini mudah menumpuk pada dinding
pembuluh darah dan mengakibatkan pergeseran dinding pembuluh darah dan
mengganggu peredaran darah. Akibatnya beberapa penyakit seperti jantung, darah
tinggi, stroke sering diderita oleh orang-orang yang mengkonsumsi makanan
dengan kadar lemak jenuh yang tinggi. Makanan yang mengandung lemak jenuh
biasanya terdapat pada makanan yang digoreng, yang memang memiliki rasa yang khas dengan gurihnya,
tetapi dalam makanan gorengan itu ternyata memiliki lemak jenuh yang tinggi
pula (Graha, 2010).
Kolesterol dan lemak (trigliserida) merupakan faktor resiko fundamental dalam proses penyumbatan
pembuluh arteri. Untuk mencegahnya perlu dijaga agar dua substansi tersebut
dalam darah berada dalam batas normal. Dilihat asalnya, kolesterol dan lemak
datang dari zat makanan dan yang diproduksi oleh liver. Karena itu, kadarnya
dalam darah tergantung dari diit, penyerapan di usus serta kemampuan liver
memproduksi dan mengendalikannya (Soeharto, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik dan saran untuk blog ini ya.... terimakasih...