Rabu, 27 November 2013

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expentany). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat.

Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut ± 1000 orang perhari dan perkiraan pada tahun 1985 50% dari penduduk berusia lebih dari 50 tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan penduduk lanjut usia.

Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980, jumlah penduduk adalah 147,3 juta orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yan gberumur 50 tahun ke atas, dan ±6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (12,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara.

Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

 

B. Tujuan

1.      Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan penulis terutama tentang lanjut usia dengan hipertensi, sebagai pembelajaran tentang asuhan keperawatan gerontik.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengenal anatomi fisiologi dan proses penuaan

b.      Mampu menjelaskan tentang pengertian hipertensi

c.       Mampu menjabarkan tentang etiologi dari hipertensi

d.      Mampu menjabarkan tentang patofisiologi hipertensi

e.       Mampu menyebutkan manifestasi klinik dari hipertensi

f.       Mampu menjelaskan tentang perawatan, pengobatan, dan pencegahan hipertensi

g.      Mampu menjabarkan komplikasi hipertensi

h.      Mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipertensi

i.        Memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan hpertensi

C. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan studi pustaka dan studi kasus di lapangan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I       Pendahuluan

BAB II      Tinjauan Teori

BAB III    Asuhan Keperawatan

BAB IV    Pembahasan Kasus

BAB V      Penutup

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

A. Pengertian

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkur Lanjut Usia(Nugroho Wahyudi, 1992).

Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang masalah Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan(Josaputra, 1987).

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu:

a.       Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor  psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b.      Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang lain.

c.       Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan

d.      Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk

B. Batasan atau Pembagian Lanjut Usia                                      

Adapun beberapa pendapat mengenai pembagian atau batasan-batasan Lanjut Usia, yakni:

1.    Menurut WHOLanjut Usia meliputi:

a.       Middle Age                         :  45-59 tahun

b.      Elderly                                 :  60-70 tahun

c.       Old                                      :  75-90 tahun

d.      Very Old                             :  Di atas 90 tahun

2.    Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Perkembangan manusia dibagi sebagai berikut:

a.       Masa Bayi                            :  0-1 tahun

b.      Masa Pra sekolah                 :  1-6 tahun

c.       Masa Sekolah                      :  6-10 tahun

d.      Masa Pubertas                     :  10-20 tahun

e.       Masa Dewasa                      :  20-40 tahun

f.       Masa Setengah Umur          :  40-65 tahun

g.      Masa Lanjut Usia                :  65 tahun ke atas

3.    Menurut Dra. Ny. Josmasdani:

a.       Fase Inventus                      :  25-40 tahun

b.      Fase Verilitas                       :  40-50 tahun

c.       Fase Prasenium                    :  55-65 tahun

d.      Fase Senium                        :  65 tahun ke atas

4.    Menurut Prof. DR. Koesoemato Setyonegoro

a.       Elderly Adulhood               :  18/20-25 tahun

b.      Middle Years                       :  25-60/65 tahun

c.       Geriatric Age                       :  Di atas 65/70 tahun

d.      Young Old                          :  70-75 tahun

e.       Old                                      :  75-80 tahun

f.       Very Old                             :  Di atas 80 tahun

5.    Menurut UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1

Menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan Lanjut Usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

C. Teori-teori Proses Menua

Adapun teori-teori menua, yaitu:

1.    Teori-teori Biologis

a.       Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.Contohnya, mutasi daripada sel-sel kelamin.

b.      Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah.

c.       Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi dari produk sisa

d.      Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e.       Tidak ada perlindungan terhadap: Radiasi, Penyakit dan Kekurangan Gizi.

f.       Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

2.    Teori-teori Kejiwaan Sosial

a.       Aktivitas dan kegiatan:

a)      Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

b)      Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.

b.      Kepribadian berlanjut

a)     Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.

c.       Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

D. Mitos-mitos Lansia dan Kenyataannya

Menurut Sheiera Saul (1974) :

1.    Mitos Kedamaian dan Ketenangan

Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.

Kenyataannya:

a.       Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.

b.      Depresi.

c.       Kekhawatiran.

d.      Paranoid.

e.       Masalah psikotik

2.    Mitos Konservatisme dan Kemunduran

Pandangan bahwa Lanjut Usia pada umumnya:

a.       Konservatif

b.      Tidak kreatif

c.       Menolak inovasi

d.      Berorientasi ke masa silam

e.       Merindukan masa lalu

f.       Kembali ke masa anak-anak

g.      Susah berubah

h.      Keras kepala

i.        Cerewet

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia bersikap dan berpikir demikian.

3.    Mitos Berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (Lansia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).

Kenyataannya:

a.       Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.

b.      Tetapi banyak penyakit masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4.    Mitos Senilitas

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu dari otak.

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan kerusakan bagian otak (banyak yang masih sehat dan segar)

5.    Mitos Seksualitas

Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lansia normal saja. Memang frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.

6.    Mitos Ketidakproduktifan

Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataannya:

Tidak demikian, banyak Lansia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktifitas mental dan material pada Lanjut Usia.

E. Penurunan-penurunan dari Sistem-sistem yang Terjadi pada Lansia

Penurunan-penurunan itu meliputi:

1.    Sistem Persyarafan

a.       Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

b.      Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

c.       Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

 

2.    Sistem Pendengaran

a.       Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.

b.      Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.

c.       Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

3.    Sistem Penglihatan

a.       Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b.      Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c.       Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

d.      Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat susah melihat dalam cahaya gelap.

e.       Hilangnya daya akomodasi.

f.       Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.

g.      Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.

4.    Sistem Kardiovaskuler

a.       Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b.      Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

c.       Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

d.      Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

5.    Sistem Respirasi

a.       Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b.      Menurunnya aktivitas dari silia.

c.       Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.

d.      O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.

e.       CO2 pada arteri tidak berganti.

f.       Kemampuan untuk batuk berkurang.

g.      Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun.

6.    Sistem Gastrointestinal

a.       Kehilangan gigi.

b.      Indera pengecap menurun.

c.       Oesophagus melebar.

d.      Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

e.       Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f.       Fungsi absorpsi melemah.

g.      Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

7.    Sistem Genito Urinaria

a.       Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b.      Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.

c.       Pembesaran prostat.

d.      Atrofi vulva.

e.       Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, permukaannya menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan warna.

f.       Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

8.    Sistem Endokrin

a.       Produksi hamper dari semua hormone menurun.

b.      Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c.       Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

d.      Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate), menurunnya daya pertukaran zat.

e.       Menurunnya produksi aldosteron.

f.       Menurunnya sekresi hormone kelamin: Progesteron, Estrogen, Testosteron.

9.    Sistem Kulit

a.       Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b.      Kulit kapala dan rambut menipis, berwarna kelabu.

c.       Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

d.      Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

e.       Kuku manjadi keras dan rapuh.

f.       Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

g.      Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

10.     Sistem Muskuluskletal

a.       Tulang kehilangan density dan makin rapuh.

b.      Kifosis.

c.       Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

d.      Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek.

e.       Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.

f.       Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot menjadi kram dan menjadi tremor.

F. Hipertensi

  1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.(Brunner and Suddarth, 2002).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa, dan dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistoliknya lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. (Sharon Mantik Lewis, 2000).

  1. Etiologi

Berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua:

a.       Hipertensi primer (idiopatik)

90% tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada faktor pendukung:Stress psikososial Obesitas, Kurang olah raga dan Merokok

b.      Hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu: Penyakit ginjal, kehamilan, obat-obatan (kontrasepsi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi;

a.       Usia

b.      Riwayat keluarga

c.       Gaya hidup, konsumsi garam-garaman.

  1. Anatomi Fisiologi

a.       Arteri

Adalah tuba tempat darah dialirkan ke jaringan dan organ.Arteri terdiri atas suatu selaput terdalam (intima), lapisan tengah dari jaringan elastis atau otot.Aorta dan percabangannya yang merupakan mengalirkan darah ke organ-organ arteri yang lebih kecil mempunyai lapisan tengah otot (yang dapat mengatur suplai darah ke organ) perubahan dari satu tipe jaringan ke tipe yang lainnya adalah bertahap, lapisan luar yang merupakan jaringan penunjang.

b.      Arteriole

Merupakan pembuluh darah dengan dindingnya yang relatif tebal terbentuk dari otot polos.Otot dari pembuluh arteriole dapat berkontraksi atau relaksasi.Normalnya dinding tersebut dalam keadaan kontraksi parsial kontraksi menyebabkan konstriksi dari diameter pembuluh darah. Bila terjadi konstriksi secara umum, maka tekanan darah akan meningkat. Tingkat atau kekuatan, kontraksi dari arteriole, dikendalikan oleh impuls saraf, substansi kimia yang terkandung dalam darah.

c.       Jalur-jalur pembuluh dan kapiler

Jalur-jalur pembuluh merupakan pembuluh yang berdinding tipis yang menjalar langsung dari arteriole ke venula.Kapiler merupakan jaringan dari pembuluh-pembuluh yang lebih kecil pembukaan dari jalur-jalur ini.Pintu masuk ke kapiler dilingkari oleh spingter yang terbentuk dari otot polos.Bilamana spincter ini terbuka darah memasuki kapiler.Bilamana spincter tersebut tertutup darah langsung dari arteriole ke venula dan tidak ke kapiler. Tekanan kapiler akan meningkat bila arteriole berdilatasi dan spincter per kapiler relaksasi dan lebih banyak darah masuk ke dalam kapiler.

d.      Vena-vena dan venula

Venula adalah vena kecil yang dibentuk oleh sekumpulan kapiler.Vena-vena dibentuk oleh sekumpulan venula.

e.       Aliran darah jantung

Atrium menerima darah dari saluran tubuh melalui vena cava superior/inferior. Dari atrium darah diteruskan ke ventrikel kanan dan bermuara arteri pulmonal dan pada muara ini akan melalui katup trikuspidalis dan dari ventrikel kanan, darah dialirkan ke paru-paru untuk dioksigenisasi.

f.       Aliran darah sistemik

Darah masuk dari atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah diteruskan ke ventrikel kiri bermuara ke aorta yang bercabang-cabang menjadi arteri yang akan memperdarahi seluruh bagian tubuh dan pada muara tersebut terdapat katup aorta yang hanya bisa membuka ke arah terdapat zat-zat nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh setiap sel tubuh. Darah akan dipompa ke seluruh tubuh melalui sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.

Dalam sirkulasi darah terdapat dua fase:

1.      Fase kontraksi (sistolik)

Fase pemompaan darah jantung, otot jantung berkontraksi, sehingga jantung mengempis, darah dipompa dari ventrikel kiri aorta kemudian ke seluruh tubuh melalui sistem arteri.

2.      Fase relaksasi (diastolik)

Rangkaian fase diastolik jantung mengembang lagi dan terjadi pengikisan jantung rangkaian satu fase sistolik dan diastolik disebut cardiac output cycle.Fungsi dari jantung dipengaruhi oleh darah.Faktor ini berhubungan erat sekali dalam menentukan isi sekuncup dan curah jantung, cardiac output ditentukan oleh isi sekuncup dan frekuensi jantung.

g.      Frekuensi Jantung

Cardiac output yang merupakan faktor utama yang perlu dalam sirkulasi karena cardiac output  yang bertanggung jawab untuk sirkulasi karena cardiac output yang bertanggung jawab untuk memberikan kandungan nutrisi. Sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah arteri:

a.       Sistem baroreseptor

Baroreseptor pada sinus carotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat syaraf simpatitis di medula. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem syaraf simpatetis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang. Sehingga bangkit dan menghambat pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arterial mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali ke level awal. Hal yang sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan arteri.Baroreseptor mengontrol perubahan sementara dalam tekanan darah.

b.      Sistem renin angiotensin

Renin yang diproduksi oleh ginjal akibat aliran darah ke ginjal, menurun akibatnya terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II, angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan kontraksi arterioral.

Secara tidak langsung merangsang pelepasan aldosteron yang menyebabkan retensi natrium dan air meningkat dalam ginjal.respon tersebut meningkatkan volume cairan ekstra seluler, yang pada gilirannya meningkatkan aliran darah yang kembali ke jantung, sehingga meningkatkan isi sekuncup dan curah jantung.

c.       Pengaturan volume cairan tubuh

Perubahan dalam volume cairan mempengaruhi tekanan arteriol sistemik.Bila tubuh mengandung kelebihan cairan dan air tekanan darah naik oleh mekanisme fisiologis yang rumit dan merubah pengembalian pembuluh balik ke jantung dengan menghasilkan kenaikan dalam tekanan arterial sistemik menghasilkan diuresis dan penurunan tekanan.Keadaan patologis yang merubah garis pembatasan tekanan yang mana ginjal mengeluarkan garam dan air yang merubah tekanan arteriol sistemik.

d.      Autoregulasi vaskuler

Mekanisme lain yang mungkin pada hipertensi autoregulasi vaskuler adalah proses yang memelihara perfusi jaringan tubuh konstan. Bila aliran berubah, proses regulasi mengurangi tekanan perifer vaskuler sebagai peningkatan aliran. Autoregulasi merupakan mekanisme penting yang menyebabkan hipertensi akibat kelebihan air dan garam

  1. Patofisiologi

Pada mulanya hipertensi esensial atau primer yang belum diketahui secara pasti penyebabnya.Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat vasomotor, pada medula otak.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Neuron preganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglia ke pembuluh darah. Kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan konstriksi.Pada saat bersamaan dimana, sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan aktivitas vasokonstriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal.Mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah vasokonstriktor, kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Faktor tersebut mencetuskan terjadinya hipertensi.Hipertensi ini lama kelamaan menyebabkan penyempitan pembuluh darah besar, kecil pada jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah perifer-perifer.Sehingga aliran darah ke organ-organ tersebut dapat terhambat sampai terjadi perdarahan akibat penyumbatan.Bila arteriola menyempit maka tahanan perifer meningkat, jantung harus bekerja dan memompa lebih keras lagi untuk mempertahankan cardiac output tetap normal.Bila hal ini terus berlanjut dapat terjadi hipertrofi pada otot jantung, khususnya pada ventrikel kiri. Pada bagian atas yang melewati kompensasi jantung, akan terjadi gagal jantung. Gangguan endokrin/hormonal, gangguan ginjal, gangguan pembuluh darah, neurologis dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.Kadar kolesterol yang tinggi pada obesitas dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah karena pelemakan pada dinding jantung (intima) pembuluh darah. Dalam waktu yang sama jantung tidak dapat melakukan kompensasi lagi sehingga terjadi gagal ginjal.

  1. Klasifikasi hipertensi

 
Sistolik
Diastolik
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi stage I
Hipertensi stage II
Hipertensi stage III
Hipertensi stage IV
< 120 mmHg    dan
130-139 mmHg atau
140-159 mmHg atau
160-179 mmHg atau
180-209 mmHg atau
> 210
< 80 mmHg
 80-89 mmHg
 90-99 mmHg
 100-109 mmHg
 110-119 mmHg
> 120

 

  1. Tanda Dan Gejala

Individu yang mengalami hipertensi kandang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun, gejala timbul bila ada biasanya menunjukan kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.

Gejala yang sering terjadi antara lain:

a.       TD > 140 / > 90 mmHg

b.      Tachikardia

c.       Pusing, sakit kepala

d.      Palpitasi

e.       Mata berkunang-kunang, pandangan kabur

f.       Rasa berat di tengkuk

g.      Sukar tidur

  1. Pathway

(terlampir)

G . Perubahan Sistem Kardio Vaskular Pada Lansia

      Jantung dan pembuluh darah memebrikan oksigen dan nutrien setiap sel hidup diperlukan untuk bertahan hidup. Penurunan fungsi  kardiovaskular telah memiliki dampak pada sistem yang lainnya. Dengan meningkatnya usia jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural dan fungsional.

  1. Perubahan Struktur

Ukuran jantung seseorang tetap dengan berat badan, adanya suatu hipertrofi atau atrofi yang terlihat jelas menandakan adanya ketidak normalan. Ukuran ruang-ruang jantung tidakberubah dengan penuaan. Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung meningkat karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis.oleh karena itu, penuaan pada jantung menjadi kurang mampu untuk distensi, dengan kekuatan kontraktil yang kurang efektif.

Terjadi kekakuan pada sbagian besar pangkal aorta sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut sistole, tidak sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung ( misalnya demam, stres dan olahraga). Dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik.

Perubahan struktural mempengaruhi konduksi sistem jantung melalui peningkatan jumlah jaringan fibrosa, dan jaringan ikat .jumlah total sel-sel pacemaker mengalami penurunan, seiring bertambahna usia,. Berkas his kehilangan serat konduksi yang membawa implus ke ventrikel . selain itu penebalan jaring elastis dan retikuler dengan infiltrasi lemak terjadi pada daerah nodus sinoatrial ( SA).

Pada usia lanjut sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus. Perunagan ini terjadi karena peningkatan kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial atrteri. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri lain secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah. Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katub vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.

  1. Perunbahan Fungsi

Perubahan utam pada sistem kardiovaskular adalah penurunan kemampuan untuk meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan tubuh.curah jantung tetap stabil atau sedikit menurun seriring bertambahnya usia.dan denyut jantung istirahat juga menurun. Karena miocardium mengalami penebalan dan kurang dapat diragngkan dengan katub-katub yang lebih kaku peningkatan waktu pengisian diastolic dan peningkatan tekanan pengisian diastolic diperluakn juga untuk mempertaha kan preload yang adekuat  jantung mengalami penuaan juga lebih bergantung pada kontstraksi atrium, atau volume darah yang diberikan pada ventrikel sebagai hasil dari kontrraksi dua kondisi  yang menempatkan lansia pada resiko untuk megalami tidak adekuatnya, curah jantung yang menempatkan lain yang bearisiko  curan jantungdan takikardia,dan fibrilasi atrial serta hilangnya kontraksi  dalama beragama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA NY. H DENGAN DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

 

Pengkajian Lansia Sebagai Individu

 

Nama Perawat             :Gabriel Fesonta Febri

Tanggal pengkajian     :16  Juli 2013

Jam  pengkajian           : 11.00 WIB

 

Biodata Klien

1.    Nama                    :Ny. H

2.    Umur                    : 63 tahun

3.    Agama                  : Katolik

4.    Pendidikan           : SMA

5.    Pekerjaan              : -

6.    Status pernikahan  : Janda

7.    Alamat                 :Rogoyudan, Sleman, DIY

8.    Tahun Masuk        : 2011

Biodata Penanggung Jawab (bila) ada

1.    Nama                                : Tn. K

2.    Pekerjaan                          : Swasta

3.    Status pernikahan             : Menikah

4.    Hubungan dengan klien   : Tetangga klien

 

Keluhan Utama                     : Klien mengatakan kepalanya pusing

Pengkajian 11  Pola Gordon

A.  Pola  Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan  Kesehatan

Subjektif

1.      Bagaimana pendapat lansia  tentang kesehatan dirinya saat ini?

Klien mengatakan merasa biasa saja dan baik-baik saja hanya saja tekanan darah klien tinggi dan klien mengatakan kepala klien pusing serta sering merasa kaku pada leher bagian belakang.

2.      Apakah lansia merasa dapat mengatasi hal-hal yang mempengaruhi kesehatannya?

Tidak,karena  Klien sering memeriksakan diri klien ke poli, dan klien tidak mengetahui pantangan diit darah tinggi yang dideritanya.

3.      Apakah yang dilakukan secara  rutin?

Klien mengatakan dipanti klien mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh panti, misalnya kegiatan kesenian, doa, tetapi klien agak malas berolah raga karena sering merasa capek.

4.      Apakah lansia secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan?

Ya, Klien rutin melakukan pemeriksaan ke Poli yaitu setiap hari rabu.

5.      Bagaimana cara lansia mengatasi penyakitanya?

Klien mengatakan saat sakit klien akan memeriksakan diri klien ke Poli, dan rutin minum obat hipertensi yang diberikan di poli.

6.      Perihal apakah didalam agama/kepercayaan lansia terkait dengan pemeliharaan kesehatan?

Klien mengatakan menyerahkan semua kepada Tuhan atas segala yang terjadi pada dirinya.

7.      Apakah lansia mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko terhadap kesehatananya?

ya, klien tidak mengetahui pantangan pada penyakit yang dideritanya (hipertensi).

8.      Apakah lansia mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara kesehatannya?

Ya, karena di Panti terdapat poli dan dapat digunakan klien untuk memeriksakan diri.

9.      Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan tentang pemeliharaan kesehatan?

Ya, klien berinisiatif pergi ke poli dan meminta obat atas penyakit yang dialaminya.

10.  Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu?

Tidak, Klien mengatakan tidak pernah mengalami injuri/kecelakaan apapun.

11.  Apakah Lansia pernah menjalani atau memiliki riwayat operasi?

Tidak pernah, klien tidak pernah melakukan operasi.

12.  Apakah ada reaksi alergi terhadap obat/makanan/barang-barang tertentu dan lain-lain?

Tidak ada,  Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan maupun barang-barang tertentu.

13.  Apakah lansia mempunyai keinginan untuk menjaga atau memelihara kesehatannya?

Klien mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya, klien selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan, tetapi klien malas berolahraga dan tidak mengatahui diit untuk penderita hipertensi.

14.  Seberapa sering lansia berkunjung  ke dokter umum, dokter gigi, atau tenaga kesehatan yang lain?

Klien mengatakan pergi ke poli setiap hari rabu.

15.  Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan tentang pemeliharaan kesehatannya?

Ya, karena setiap klien merasa sakit klien pasti selalu memeriksakan diri ke poli.

Objektif

1.      Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan gigi geligi, gigi palsu, genetalia, anus)Rambut klien berwarna putih (beruban), pendek, rapi dan bersih klien berwarna putih, kulit klien tampak elastis. Mulut klien bersih, gigi klien sudah ada yang tanggal, klien tampak menggunakan gigi palsu.

B.  Pola Nutrisi-Metabolik

Subjektif

1.      Apa jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalam sehari?

Klien mengatakan mengkonsumsi nasi 3x sehari, dengan variasi makanan.

2.      Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait dengan nutrisi?

Tidak ada, klien mengatakan tidak mengkonsumsi vitamin.

3.      Jenis makan yang disukai?

Klien mengatakan menyukai brekedel.

4.      Bagaimana nasu makan klien ?

Klien mengatakan nafsu makan klien baik tidak ada gangguan.

5.      Apakah ada kesulitan makan (Nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan, dan lain-lain)? Tidak, klien mengakan tidak ada kesulitan dalam menelan, klien tidak merasa mual.

 

6.      Apakah ada diet?

Klien mengatakan tidak ada diit khusus yang dianjurkan.

7.      Bagaiman kecukupan intake/output cairan?

Klien mengatakan makan dan minum klien cukup, klien minum ± 1500ml, klien mengatakan tidak ada masalah dalam mengeluarkan cairan.

8.      Apakah berat badan: normal/over /underweight?

Klien overweigh dengan IMT 25.16

9.      Apakah ada perubahan  berat badan dalam waktu dekat?

Ya, klien mengatakan merasa berat badan klien naik dari bulan lalu.

Objektif

1.      Bagaimana kondisi : rambut, kulit, konjungtiva, palpebra, sclera, gigi geligi, rongga mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status hidrasi?

Kondisi rambut klien baik, sudah berwarna putih, konjungtiva klien normal berwarna pink, palpebra klien normal tidak ada pembesaran/bengkak, sclera lansia normalberwarna putuh, gigi geligi klien sudah tidak lengkap dan terlihat menggunakan gigi palsu dan terdapat karang gigi, rongga mulut bersih dan terlihat lembab, gusi dan lidah klien bersih, tidak ada pembesaran getah bening, klien tidak mengalami dehidrasi.

2.      Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen?

Tidak ada acites, peristaltic usus 5 kali permenit, tidak ada nyeri tekan.

3.      Kemampuan mengunyah keras?

Klien mampu mengunyah makanan yang keras

4.      Apakah menggunakan gigi palsu?

Ya, klien menggunakan gigi palsu.

5.      Hasil pemeriksaan Laboraturium dan diagnostic yang terkait dengan kecukupan nutrisi lansia?

Tidak ada pemeriksaan laboratorium tentang kecukupa gizi lansia.

6.      Berat badan, Tinggi badan, dan IMT?

BB: 55 kg, TB:145, IMT: 25.16

7.      Adanya edema?

Tidak ada edema pada ektremitas klien.

8.      Apakah lansia dapat melakukan perubahan posisi atau ambulasi?

Ya, klien dapat bergerak bebas tanpa ada hambatan, Integritas kulit?Intgritas kulit klien elastic.

C.  Pola Eliminasi

Subjektif

1.      Bagaiman pola BAB: Frekuensi, kontinen/inkontinen, konsistensi, warna, apakah ada nyeri?

Klien mengatakan BAB 2x/hari dengan konsistensi lembek dengan warna kuning, klien juga mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAB.

2.      Apakah ada kesulitan BAB?

Klien mengatakan tidak ada kesulitan pada saat BAB.

3.      Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksantia, supositoria dll) ?

Klien mengatakan tidak menggunakan obat apapun untuk mempelancar BAB klien.

4.      Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkontinen. Warna, oliguri, anoria, jumlah dan apakah ada nyeri?

Klien mengatakan BAK 5-6x dengan warna kuning  dan tidak ada nyeri, namun belakangan klien sering bangun malam untuk BAK.

5.      Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa?

Klien mengatakan tidak mengeluarkan urin saat tertawa, batuk, ataupun bersin.

Objektif

1.      Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk ginjal?

Abdomen klien normal tidak terdapat acites, saat ketuk ginjal tidak ada nyeri, anus dan mulut uretra tidak dikaji.

2.      Apakah lansia terlihat memegang perutnya?

Tidak,klien tidak terlihat memegang perutnya saat bercerita.

3.      Hasil pemeriksaan/medic/laboraturium yang dilakukan terkait eliminasi?

Tidak ada gangguan pada eliminasi klien, dan tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium.

4.      Bising usus?

Bising usus klien 5x/mnt.

5.      Jumlah urin yang dikleuarkan?

Tidak terkaji.

D.  Pola aktivitas-Latihan

Subjektif

1.      Bagaiman pola aktivitas/ latihan lansia : jenis aktivitas, frekuensi, lamanya?

Klien mengatakan aktiviatas yang sering dilakukan kadang-kadang berolaraga.Dan  klien sering tidak mengikuti olahraga karena mudah merasa capek. Kegiatan klien yang lain adalah membersihkan wisma dan barang-barang milik pribadi.

2.      Apakah teratur dalam melakukan latiha pergerakan sendri?

Tidak, karena klien sering merasa capek saat berolahraga.

3.      Adakah keluhan ketika beraktivitas ?

Klien mengatakan saat beraktivitas mudah lelah dan merasa pusing.

4.      Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa hambtaan tersebut?

Klien mengatakan dalam melakukan aktivitas tidak ada hambatan

5.      Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktivitas, apakah lansia merasa nyaman dengan alat tersebut?

Lansia mengatakan tidak membutuhkan alat untuk melakukan aktivitasnya.

6.      Apakah lansia mengalami gangguan keseimbangan?

Tidak, Klien masih  terlihat tegap dan seimbang pada saat berjalan.

7.      Adakah keluhan sesak, lelah, lemah? Tidak ada keluhan sesak, kelelahan, dan kelemahan saat beraktivitas.

8.      Seberapa jauh dapat melalui aktivitas? Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas klien sampai selesai, dalam melakukan aktivitas apapun, kecuali pada saat berolahraga pagi, klien sering merasa lelah.

9.      Adakah keluhan nyeri dada, batuk ?

Klien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, dan tidak mengalami batuk.

Objektif

1.      Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk beraktivitas?

Tidak ada, klien tampak mampu beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.

2.      Indeks KATZ?

Klien dapatat melakukan semua aktivitas seperti bathing, dressing, toileting, transferring, continence, dan feeding secara mandiri.

3.      Apakah lingkungan cukup aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas?

Lingkungan klien cukup aman bagi lansia untuk beraktivitas, karena disetiap lingkunga sudah terdapat pegangan atau pengamannya, dan pasien tidak mengalami disabilitas apapun.

4.      Bagaimana dengan ukur kekuatan otot?

Kekuatan otot pasien baik yaitu 55555(untuk ekstremitas atas bagian kiri dan kanan) dan 55555(untuk ekstremitas bawah kiri dan kanan)

5.      Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatic?

Belum terlihat adanya tanda-tanda hipotonik ortostatik pada klien.

6.      Bagaimana dengan postur dan gaya jalan lansia?

Klien tampak masih dapat berjalan tegap.

7.      Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya?

Ya, klien masih mampu berjalan dan mencuci pakaian klien sendiri, untuk melakukan makan serta minum juga masih bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien.

8.      Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaphoresis?

Tidak tampak adanyatanda-tanda sianosis, takikardidan diaphoresis pada klien.

9.      Apakah lingkungan aman bagi lansia?

Lingkungan lansia tampak aman, terdapat fasilitas untuk pegangan pada dinding wisma, dan tidak terdapat hal-hal lain yang dapat membahayakan klien.

10.  Bagaimana pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan tungkai?

Dari pemeriksaan didapatkan hasil bahwa suara napas klien vesikuler, suara jantung klien terdengar normal, s1 dan s2, serta tidak terdapat oedema pada ekstremitas klien.

11.  Hasil observasi: P, N, TD, JVP, CR, edema perifer. Laboratorium, EKG, dan pemeriksaan diagnostic lainnya.

Dari hasil observasi didapatkan hasil tekanan nadi klien regular, kuat, N: 80x/menit, TD:150/90mmhg(hipertensi grad 1), CR 2 detik, tidak terlihat adanya edema perifer. Tidak ada hasil pemeriksaan apapun.

12.  Dispnea setelah beraktivitas?

Klien tidak tampak mengalami dispnea setelah beraktivitas.

13.  Tes keseimbangan?

Dari hasil tes keseimbangan, klien mampu berjalan lurus sejauh 5m pada porslin yang telah ditunjuk.

14.  Apakah ekstremitas dingin?

Ektremitas klien teraba hangat.

15.  ROM?

ROM klien aktif baik ekstremitas atas bagian kanan dan kiri, maupun ekstremitas bawah kanan dan kiri.

16.  Apakah lansia dapat berpindah tempat secara mandiri?

Klien terlihat dapat berpindah tempat secara mandiri tanpa bantuan apapun.

E.     Pola Istirahat dan Tidur

Subjektif

1.      Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari?

Klien mengatakan segar setelah tidur pada malam hari.

2.      Kebiasaan tidur berapa jam per hari, pukul berapa, siang/malam?

Klien mengatakan tidur ±7-9 jam perhari dengan jumlah tidur siang 1-2 jam dari pukul 14.00-16.00 WIB. Dan tidur malam dari jam 22.00-05.00 Wib.

3.      Apakah tidur sering berlansung lama atau sering terbangun?

Klien mengatakan sering terbangun pada saat tidur.

4.      Apakah ada laporan dari lansia: pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras, gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur?

Tidak ada laporan mengenai pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras, gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur.

5.      Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk meningkatkan kualitas tidurnya?

Klien mengatakan berdoa sebelum tidur.

6.      Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur?

Klien mengatakan sering terbangun untuk BAK.

7.      Apakah lansia mengalami gangguan tidur?

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur selain sering terbangun untuk BAK.

Objektif

1.      Apakah klien terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang lain?

Klien tidak terlihat menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur.

2.      Jenis obat tidur yang digunakan dan kapan digunakan?

Klien tidak mengkonsumsi obat tidur.

3.      Tanda dan gejala akibat kurang tidur?

Klien tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala akibat kurang tidur.

F.     Pola Kognitif-Perseptual

Subjektif

1.      Apakah lansia menggunakan alat bantu dengar atau penglihatan?

Ya, klien menggunakan kaca mata -2. Digunakan pada saat klien akan membaca.

2.      Apakah ada gangguan persepsi sensori?

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi sensori.

3.      Apakah lansia mengatakan adanya perubahan-perubahan dalam memori?

Klien mengatakan tidak mengalami perubahan dalam memori, baik jangka panjang maupun jangka pendek.Klien dapat menyebutkan kronologi hidupnya dari masa lalu sampai saat ini.

4.      Apakah mengalami disorientasi tempat/waktu/orang?

Klien tidak mengalami disorientasi tempat, waktu, maupun orang. Klien mampu menyebutkan bahwa klien tinggal dip anti, mampu mengingat nama teman sewisma, dan mampu menyebutkan bahwa hari ini adalah hari selasa tanggal 16 juli 2013.

5.      Bagaimana kemampuan dalam mengambil suatu keputusan?

Dalam mengambil keputusan, klien dapat melakukan secara mandiri.Misalnya mengambil keputusan kapan waktunya mengambil makan siang, kapan waktunya mandi dll.

6.      Apakah ada perubahan perilaku (hiperaktif/hipiaktif)?

Tidak ada perubahan perilaku dari klien baik hiperaktif maupun hipoaktif.

7.      Apakah ada perubahan dalam konsentrasi?

Tidak ada perubahan pada konsentrasimklien, klien bisa fokus pada saat berkomunikasi.

8.      Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi?

Klien kooperatif, klien tidak menarik diri, klien tidak mengalami depresi, klien tidak mengalami halusinasi, dan tidak mengalami delusi. Klien sering marah terhadap anggota wisma lain yang malas dan tidak memperhatikan kebersihan.

9.      Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi?

Tidak ada riwayat stroke dan tanda-tanda infeksi pada klien.

10.  Adakah ketidaknyamanan atau nyeri yang dirasakan oleh klien?

Klien mengatakan tidak ada ketidaknyamanan maupun  nyeri yang dirasakan.

Objektif

1.      Adakah perubahan dosis atau jenis obat akhir-akhir ini?

Tidak ada perubahan dosis ataupun jenis obat pada klien.Klien mengkonsumsi obat hipertensi nifedipin, klien mengkinsumsi obat cetrizin, dan obat Piroxicam.

2.      Hasil MMSE, pemeriksaan medic, laboratorium?

Dari hasil MMSE didapatkan nilai 30 yang artinya status mental pasien normal. Dari hasil pemeriksaan medic diperoleh hasi TD: 150/90mmHg, dan tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium pada klien.

3.      Apakah lansia tampak bingung dan tidak konsentrasi?

Lansia tidak tampak bingung pdan tidak ada gangguan konsentrasi pada saat berbicara. Klien fokus pada apa yang dibicarakan, dan dapat mengikuti semua alur pembicaraan dengan baik.

4.      Bagaimana fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penghidu dan perasa?

Tidak ada gangguan pada pendengaran, klien masih bisa mendengar dengan baik.Tidak ada gangguan pengecapan, klien dapat membedakan makanan yang asin dan tidak.Tidak ada gangguan penghidu, klien masih bisa membedakan bau pesing dengan bau yang harum. Klien tidak mengalami gangguan indra perasa. Klien sudah menggunakan kaca mata -2, dari pengkajian klien masih bisa melihat dengan baik pada jharak 6 meter, tanpa menggunakan kaca mata.

5.      Bagaimana hasil uji syaraf cranial?

Tidak ada gangguan pada syaraf cranial klien, klien dapat berbicara dengan jelas (tidak pelao), klien bisa membedakan

6.      Hasil SPMSQ?

Dari hasil pemeriksaan SPMSQ diperoleh hasil 10 yang menunjukkan status mental pasien utuh.

G.    Pola Persepsi Diri-Konsep Diri

Subjektif

1.      Apakah lansia mengalami ketakutan dan kekahwatiran?

Tidak, lansia tidak mengalami ketakutan dan kekhawatiran tentang apapun.

2.      Apakah lansia mampu mengidentifikasi sumber kekuatan?

Ya, klien mengatakan menyerahkan semua kejadian dalam hidupnya kepada Tuhan.

3.      Apakah lansia mengatakan tidak mampu menguasai hidupnya?kegagalan atau keputusasaan?

Tidak, klien mengatakan semua kejadian dalam hidupnya sudah menjadi takdir yang harus diterimanya.

4.      Apakah lansia kehilangan sesuatu yang berarti/berpindah tempat/berpisah dengan orang yang dicintai?

Ya, lansia pernah bercerai dengan suaminya, dan 2 tahun yang lalu anaknya menunggal sehingga dia harus tinggal dip anti.

5.      Bagaimana penampilan umum, postur tubuh, mau/menolak kontak mata?

Penampilan umum lansia baik, lansia tidak menolak kontak mata dengan perawat.

6.      Apakah berkomentar negative tentang dirinya?

Tidak, lansia menerima dirinya apa adanya.

7.      Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?

Tidak ada anggota tubuh lansia yang rusak.

8.      Apakah menunjukkan sikap agresif, marah, atau menuntut?

Tidak, lansia bersikap wajar dan biasa saja.

9.      Apakah lansia menceritakan tentang ketakutan kematian?

Tidak, lansia menyadari bahwa dalam hidup pasti ada kematian, dan lansia menyadari bahwa suatu saat dia pasti akan kembali ke Sang Pencipta.

10.  Apakah lansia sering menyendiri?

Tidak, lansia senang berbincang-bincang dengan mahasiswa.

Objektif

1.      Adakah gejala stimulasi sistem saraf otonom?

Ya, TD:150/90 mmHg. Tetapi tidak ada peningkatan denyut nadi dan pernapasan.

2.      Apakah lansia kelihatan pasif?

Tidak, lansia kelihatan biasa, senang berbincang-bincang.

 

H.    Pola Peran Hubungan

Subjektif

1.      Apakah lansia mengikuti organisasi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya?

Ya, lansia mengikuti kegiatan yang dijadwalkan oleh Panti.

2.      Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan lingkungan?

Interaksi antara lansia dan lingkungan kurang baik, lansia sering marah terhadap teman sewisma karena malas dan tidak menjaga kebersiha.

3.      Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?

Ya, sebelum masuk panti, klien mempunyai salon dan usaha travel, sekarang klien tidak mempunyai peran apapun.

4.      Bagaimana sikap lansia dengan kehilangan orang yang disayang?

Klien mengatakan pada saat kehilangan orang yang disayang pernah merasa frustasi, namun seiring berjalannya waktu, klien merasa bahwa apapun yang terjadi merupakan kehendak yang maha kuasa.

5.      Apakah klien mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi?

Tidak, klien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, klien bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat jelas.

6.      Apakah ada ketegangan dengan orang disekitar lansia?

Ya, lansia mengatakan sering memarahi temannya yang malas dan mempunyai pola hidup yang kotor.

Objektif

1.      Dari observasi interaksi antar anggota dilingkungan panti didapatkan bahwa klien terlihat sering memarahi temannya yang malas dan tidak mau bersih-bersih, namun dengan anggota yang lainnya klien bersikap biasa saja.

I.       Pola Seksual-Reproduksi

1.      Adakah perubahan fisiologis yang berdampak pada seksualitas lansia? Tidak terkaji

2.      Kapan lansia mengalami menopause?keluhan apa yang dirasakan setelah mengalami menopause? Klien mengatakan berhenti mens sekitar usia> 50 tahun. Klien mengatakan tidak ada keluhan.

3.      Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah untuk mengatasi masalah akibat menopause? Tidak ada kerena tidak ada keluhan.

4.      Masih adakah minat untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan? Tidak terkaji

J.      Pola Koping-Toleransi Stress

Subjektif

1.      Bagaimana status emosi lansia?

Klien mengatakan status emosinya baik, tetapi klien akan marah apabila ada hal-hal yang dia tidak suka msalnya ada anggota wisma yang malas, dan tidak menjaga kebersihan maka klien akan marah.

2.      Adakah masalah atau stress/psikologis akhir-akhir ini seperti:depresi, kehilangan pasangan, hidup, minder, dll?

Klien mengatakan tidak ada hal-hal yang membuatnya stress akhir-akhir ini.

3.      Bagaimana pengelolaan stress? Apakah cara tersebut membantu lansia mengatasi masalahnya?

Klien mengatakan menyerahkan semua kejadian dalam hidupnya ketangan Tuhan.

4.      Bagaimana lansia memproyeksikan stressor yang terjadi?

Klien mengatakan stressor yang terjadi merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan dalam hidupnya.

5.      Apakah lansia dapat menerima status kesehatannya?

Klien mengatakan menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

6.      Apakah pengalaman yang traumatic bagi lansia?

Klien mengatakan tidak pernah mengalami traumatic secara fisik, namun klien pernah mengalami trauma secara psikis karena pernah cerai dengan suami, dan pernah kehilangan anaknya sekitar 2 tahun yang lalu.

Objektif

1.      Perilaku atau manifestasi psikologis dari mood, afek, kecemasan, dan stress:

Mood klien baik, afek klien sesuai, pada saat senang klien akan tertawa, pada saat berbicara tentang hal-hal yang sedih klien terlihat murung, klien bersikap tenang tidak menunjukkan adanya kecemasan terhadap suatu hal, klien tidak tampak stress.

2.      Hasil GDS: tidak dikaji.

K.    Pola Nilai-Kepercayaan

Subjektif

1.      Sistem nilai, tujuan, dan keyakinan apa yang dianut oleh lansia?

Klien beragama Katholik, dan mengikuti budaya manado. Klien mengatakan agama yang dianut, dan kebudayaan tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.      Apakah lansia teratur menjalani ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?

Klien mengatakan ke gereja setiap hari minggu, dan selalu mengikuti ibadah di Panti setiap hari kamis.

3.      Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?

Ya, klien terlihat aktif dan serius dalam menjalankan ibadah.

4.      Apa latar belakng yang dimiliki oleh lansia (agama, filosofi, kultur)?

Agama klien katholik, budaya yang dianut budaya Manado.

5.      Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek, baik kesehatan, atau koping terhadap stress?

Ya, klien mengatakan dengan banyak berdoa pikiran menjadi tenang dan merasa lebih dekat dengan Tuhan.

6.      Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sakit atau gangguan?

Tidak, namun klien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar diberi kekuatan dalam menjalankan semua rintangan yang dihadapi.

7.      Apakah lansia mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah?

Tidak, klien mengatakan tidak megalami halangan apapun dalam melakukan kegiatan ibadah.

Objektif

1.      Observasi adanya alat-alat untuk ibadah: klien tampak memiliki Kitabsuci untuk berdoa dan membaca firman.

 

 

 

ANALISA DATA

DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
DS:
1.      Klien mengatakan tidak mengetahui pantangan diit darah tinggi yang dideritanya.
2.      Klien mengatakan darah klien tinggi dan klien mengatakan kepala klien pusing serta sering merasa kaku pada leher bagian belakang.
DO:
3.      Klien tampak bingung dan kurang tepat dalam menjelaskan tentang diit hipertensi
4.      TD: 150/90mmHg.
5.      N: 80x/menit.
6.      CR 2 detik.
 
Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang informasi
Kurang pengetahuan
DS:
7.      klien mengatakan merasa berat badannya naikdalam beberapa bulan terakhir.
DO:
8.      A:TB 145 cm, BB 55, IMT= BB: TB(m)2=25.16% (gemuk ringan)
9.      B:-
10.  C:tampak sedikit gemuk.
11.  D : makan 3x sehari 1 porsi habis
 
Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh
Ketidak seimbangan utrisi lebih dari kebutuhan tubuh

 

 

 

 

 

 

 

 

PLANNING

DP
TUJUAN DAN KH
RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL
PARAF/ NAMA
Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang informasi
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1x terhadap Ny.H pengetahuan klien dapat bertambah dengan KH:
1.      Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2.      Pasien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
 
NIC:
1)    Kaji tingkat pengetahuan pasien.
R/ mengetahui sejauh mana pengetahuaqn klien tentang penyakit.
2)    Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
R/memberikan pemahaman kepada klien bagaimana suatu penyakit bisa terjadi dan organ apa yang terkait.
3)    Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.
R/meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang penyakit.
4)    Informasikan diit yang tepat untuk klien.
R/ untuk membantu proses penyembuhan dan menjaga status kesehatan agar tetap optimal.
 
 
 
 
Gabriel
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x terhadap Ny. H Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi dengan kriteria hasil:
1.      Mengerti factor yang meningkatkan berat badan
2.      Mengidentfifikasi tingkah laku dibawah kontrol klien
3.      Memodifikasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol berat badan
4.      Penurunan berat badan 1-2 pounds/mgg
5.      Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari
 
NIC :
Weight Management
1.      Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, dan penurunan BB
R/ meningkatkan motivasi dan pengetahuan klien.
2.      Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB.
R/mengetahui faktor penyebab obesitas yang dialami klien
3.      Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB
R/meyakinkan pasien tentang pentingnya BB ideal
4.      Perkirakan BB badan ideal pasien
R/ mengetahui target penurunan BB klien
5.      Beri pujian/reward saat pasien beraktivitas/olahraga untuk menurunkan BB
R/ meningkatkan motivasi klien
6.      Anjurkan klien untuk melakukan olahraga rutin
R/ membantu menurunkan BB klien
Gabriel

 

PRIORITAS DIAGNOSA

1.      Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang informasi

2.      Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh

 

 

 

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI I

DP
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PARAF/NAMA
Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang informasi
17.07.13
09.00
 
 
09.10
 
 
 
 
 
 
09.25
 
 
 
09.40
 
1.Mengkaji tingkat pengetahuan pasien.
2.Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3.      Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.
4.      Menginformasikan diit yang tepat untuk klien.
S: klien mengatakan mengerti dengan apa yang sudah di diskusikan
O: klien dapat menyebutkan kembali apa itu hipertensi/ darah tinggi, klien bisa menggambarkan tanda dan gejala hipertensi, klien bisa menyebutkan diit yang baik untuk hipertensi.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.
Gabriel
 
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh
12.00
 
 
 
 
 
 
12.15
 
 
 
 
 
 
 
 
12.20
 
 
 
 
 
 
12.25
 
 
12.30
 
1.      Mendiskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, dan penurunan BB
2.      Mendiskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB.
3.      Mendiskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB
4.      Memperkirakan BB badan ideal pasien
5.      Menganjurkan klien untuk melakukan olahraga rutin
 
S: klien mengatakan sanggup melakukan olahraga secara teratur dan mengatur diit, dan klien mengatakan mengetahui hubungan antara intake makanan, latihan, dan penurunan BB,
klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami obesitas.
O: klien tampak mengerti dan fokus dalam berdiskusi
A: Masalah belum teratasi
P : ditambah memonitor pola makan klien, memotivasi klien untuk berolahraga.
Gabriel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI II

DP
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh
07.30
 
10.00
 
 
 
12.00
 
 
 
 
 
 
1.      Memotivasi klien untuk berolahraga
2.      Memberikan pujian/reward saat pasien beraktivitas/olahraga untuk menurunkan BB
3.      Menganjurkan klien untuk mengurangi sedikit porsi makan dari biasanya (khususnya nasi dan makanan berlemak)
 
S: Klien mengatakan capek setelah berolahraga.
O: klien tampak tidak semangat dalam mengikuti olahraga, klien hanya melakukan gerakan yang sangat minimal.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3.

 

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI III

DP
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh
07.30
 
09.00
 
 
 
12.00
 
 
 
 
 
 
1.      Memotivasi klien untuk berolahraga.
2.      Memberikan pujian/reward saat pasien beraktivitas/ olahraga untuk menurunkan BB.
3.      Menganjurkan klien untuk mengurangi sedikit porsi makan dari biasanya (khususnya nasi dan makanan berlemak)
 
S: Klien mengatakan malas berolahraga karena merasa mudah capek.
O: klien masih tampak tidak  semangat dalam mengikuti olahraga (senam).
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan pada pasien. Asuhan keperawatan pada Ny.H (lansia dengan hipertensi)di wisma Wukiratawu PSTW unit Abiyoso.Didalam melakukan pengkajian, masalah yang ditemukan pada pasien ada sedikit perbedaan antara teori dan praktek. Adapun lingkup pembahasan kasus ini sesuai dengan proses keperawatan yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A.    PENGKAJIAN


Dalam  melaksanakan pengkajian dalam memperoleh data, penulis melakukan dengan cara wawancara atau tanya jawab, observasi dan pemeriksaan fisik langsung terhadap pasien. Disamping itu penulis juga mendapatkan data dari catatan medic klien yang didapatkan di Poliklinik PSTW unit Abiyoso.

Dari hasil pengkajian pasien penulis mendapatkan data bahwa pasien kurang mengetahui diit yang tepat untuk hipertensi yang dideritanya.Selain itu, penulis juga menemukan data mengenai BB klien, dimana dari data yang didapat, klien memiliki BB yang lebih dari normal.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa apa yang dialami lansia hamper sama dengan yang dialami orang lain pada umumnya yaitu memiliki pengetahuan yang kurang dan memiliki BB yang berlebih. Pada Ny. H tidak ditemukan adanya tanda dan gejala yang dialami oleh para lansia lainnya dimana menurut teori, lansia pada umumnya memiliki penurunan berbagai fungsi organ seperti kognitif, gastrointestinal dan lain-lain, namun tidak pada Ny. H.

 

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengumpulan analisis data, penulis mendapatkan dua diagnose pada Ny. H yaitu kurang pengetahuan, dan BB lebih dari kebutuhan tubuh. Dari diagnose yang muncul tidak ada hubungan dengan proses degenerative, hal ini menunjukkan bahwa pada Ny. H belum terjadi proses degenerative walaupun sudah tergolong dalam lansia. Hal ini sudah sangat jelas tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada lansia terdapat degenerative pada fungsi organ.

 

 

C.    PERENCANAAN

Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dan sasaran untuk Ny.H dengan dua masalah penulis menyusun rencana sebagai berikut :

DP 1: Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang informasi

1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien.

2.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3.      Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.

4.      Informasikan diit yang tepat untuk klien.

DP2: Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap kebutuhan metabolism tubuh

1.      Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, dan penurunan BB

2.      Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB.

3.      Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB.Perkirakan BB badan ideal pasienBeri pujian/reward saat pasien beraktivitas/olahraga untuk menurunkan BB

4.      Anjurkan klien untuk melakukan olahraga rutin.

D.    IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah mengaplikasikan rencana keperawatan yang telah dibuat, dan melihat respon dari pelaksanaan keperawatan selain merealisasikan rencana tindakan juga tetap mengobservasi keadaan pasien dan memberikan penyuluhan. Dalam melakukan implementasi, klien sangat kooperatif sehingga untuk diagnose pertama penulis hanya melakukan 1x pertemuan dan dapat meningkatkan pengetahuan klien. Untuk diagnose kedua sedikit susah untuk mendapatkan hasil yang maksimal mengingat waktu yamgb singkat untuk meingimplementasikan rencana yang telah dibuat ditambah dengan motivasi klien yang rendah dalam melakukan olahraga.

 

E.     EVALUASI

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1 hari kepada Ny. H untuk mengatasi masalah tingkat pengetahuan klien, penulis menyimpulkan tingkat pengetahuan klien bertambah, sedangkan untuk mengatasi masalah nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh belum tampak kemajuan yang berarti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan penatalaksanaannya.Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into years, yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin dengan mempunyai kualitas hidup yang baik.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia harus memperhatikan berbagai aspek baik itu bio, psiko, sosio, cultural, karena tidak semua lansia sudah benar-benar mengalami kemunduran fungsi organ.

B.     SARAN

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa dan pembaca adalah:

1.      Dalam membuat makalah, kelompok/pun individu diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

2.      Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.

3.      Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.

4.      Dalam penulisan makalah ini penujlis menyadari banyak sekali kekurangan, oleh karena itu, koreksi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.